March 12, 2025

Warga Lebanon kesulitan belanja kebutuhan pokok selama Ramadhan

Beirut – Seperti banyak orang di Lebanon, Alissar Younes telah menyiapkan daftar belanja sederhana untuk memasak hidangan selama Ramadan.

Memperhatikan harga dan memilih barang yang sedang promo telah menjadi bagian penting dari rutinitas belanjanya. “Beberapa tahun lalu, ketika kurs dolar Amerika Serikat masih 1. 500 pound Lebanon, saya bisa berbelanja tanpa ragu akan biaya. Namun sekarang, saya harus memikirkan setiap item yang saya ambil,” jelas Younes. Sebagai seorang pramuniaga, Younes mendapatkan gaji bulanan sebesar 450 dolar, dan saat ini 1 dolar AS bernilai sekitar 89. 500 pound Lebanon.

“Saya mulai mengurangi membeli daging atau beralih ke ayam yang harganya lebih murah. Kami juga tidak bisa membuat fattoush setiap hari karena harga sayuran sudah naik lebih dari dua kali lipat dalam beberapa kasus,” ungkap  Pttogel Younes. Fattoush, salad yang sangat populer saat Ramadan atau saat berkumpul dengan keluarga, terdiri dari berbagai sayuran yang dicampur dengan potongan roti pita yang dipanggang atau digoreng.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Lebanon, International Information, menggunakan harga sebuah porsi fattoush untuk menggambarkan biaya hidup. Harga ini melonjak dari 4. 250 pound pada tahun 2020 menjadi 285. 540 pound pada tahun 2025, menunjukkan kenaikan yang sangat tinggi hingga 6. 618 persen.

Ketua Asosiasi Petani Lebanon, Antoine Howayek, menyatakan bahwa biasanya harga pangan meningkat selama bulan sakral Ramadan karena permintaan meningkat. Namun, lonjakan tahun ini sangat mencolok. Howayek menjelaskan peningkatan harga sayuran yang luar biasa, seperti contohnya tanaman krokot. Sebelumnya, sekotak krokot dihargai 400. 000 pound sebelum Ramadan, tetapi saat ini melonjak menjadi 2,5 juta pound selama bulan Ramadan.

Yang serupa, sekotak peterseli yang harganya 800. 000 pound sebelum Ramadan kini dijual seharga 1,5 juta pound, tambah Howayek. Ia juga menyebutkan bahwa harga timun dan tomat juga mengalami peningkatan signifikan. “Kondisi cuaca dingin membuat petani sulit melakukan panen, dan Lebanon semakin bergantung pada impor dari Suriah dan Yordania, yang menawarkan harga bersaing dengan produk lokal,” lanjut Howayek.

Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Lebanon telah mengakibatkan penurunan nilai mata uang yang tajam dan penurunan upah, mengarah pada banyak orang yang jatuh miskin dan harus memfokuskan pengeluaran mereka pada kebutuhan dasar.

Konflik HizbullahIsrael turut mempengaruhi ekonomi Lebanon, dan berimbas pada perubahan perilaku belanja masyarakat. Adnan Rammal dari Dewan Ekonomi dan Sosial Lebanon mengatakan pengeluaran telah menurun secara drastis, terutama di daerah yang terimbas konflik seperti Lebanon selatan dan Lembah Bekaa.

“Orangorang yang terdampak perang terpaksa menghabiskan tabungan mereka untuk membayar sewa ketimbang membeli makanan atau membayar pendidikan anakanak,” jelas Rammal. “Takut terjadinya perang lagi sekarang membuat banyak orang hanya membelanjakan uang untuk kebutuhan penting,” tambah Rammal. Ahli keuangan, Mahassen Moursel, memprediksi bahwa harga pangan melonjak 815 persen sejak terjadinya konflik HizbullahIsrael, dengan kenaikan yang berlanjut selama bulan Ramadan.

“Harga selalu meningkat pada saat Ramadan karena adanya permintaan yang tinggi, tetapi tahun ini, kurangnya pengawasan harga dari pemerintah serta ketamakan pedagang memperburuk keadaan,” ungkap Moursel, menambahkan bahwa harga makanan telah meningkat 65 kali lipat sejak tahun 2018.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.