Memantau Pilkada Serentak 2024, Mengapa Lancar dan Kondusif ?
Perhelatan akbar pesta demokrasi lima tahunan daerah serentak 2024 sudah selesai. Perolehan suara para paslon dan pemenangnya umumnya sudah diketahui berdasarkan hitungan cepat (quick count) yang dilakukan oleh beberapa lembaga surve yang kridebel.
Namun demikian tentu para paslon dan tim pemenangan harus bersabar menunggu ketetapan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah masing-masing sebagai lembaga otoritas penyelenggara pemilu.
Kendati banyak paslon yang sudah mendeklarasikan kemenangannya versi hitung cepat (quick count) tentu sah-sah saja, sebagai wujud meluapkan rasa kegembiraan atas kemenangan yang diraih.
Betapa perjuangan Epictoto yang berat dengan mengerahkan semua kekuatan dan mengorbankan segalanya, baik moril maupun materiil telah membuahkan hasil yang segera akan dipetik.
Disamping itu deklerasi yang disampaikan, motifnya tidak lain agar suasana menjadi tenang, tidak gaduh dengan merangkul kompetitor dan pendukungnya yang berseberangan sebelum hari pencoblosan.
Bagi saya, penyelenggaraan pilkada serentak yang pertama kali ini sangat berkesan, khususnya di Provinsi Bengkulu, dimana dalam perjalanannya, terpantau lancar, aman, relatif tidak ada gangguan yang berarti.
Padahal, disamping menyelenggarakan pilgub-wagub, Bengkulu juga memilih bup-wabup di 9 kabupaten dan pilwakot-wawakot Bengkulu.
Dari 11 daerah penyelenggara pilkada tersebut ada daerah yang kontestannya hanya dua paslon, artinya terjadi head to head, tapi lagi-lagi kondisinya aman dan kondusif.
Kondusifitas seperti inilah sesungguhnya yang kita harapkan, karena sesuai dengan kepribadian bangsa sebagai warisan dari leluhur. Lalu apa yang sebenarnya terjadi dan melatarbelakanginya ?
Boleh jadi karena peserta kontestasi, tim pemenangan dan tim kampanye paslon, khususnya di Bengkulu merupakan tokoh dan elite lokal, tentu mereka sudah memahami karakter dan jam terbang masing-masing.
Dan selama masa kampanye memang tidak terlihat tokoh-tokoh nasional atau elite partai politik tingkat nasional yang turun ke daerah (Bengkulu) khusus berkampanye untuk memenangkan paslon kada-wakada tertentu sebagaimana biasanya.
Sementara penyebabnya, barangkali karena sibuk dengan tugas pokok dan fungsinya di satu sisi dan pada sisi lain karena serentak se- Indonesia, sehingga kesulitan untuk membagi waktu, mengingat lamanya masa kampanye memang terbatas.
Jadi penyelenggaraan pilkada serentak kali ini, seolah-olah ” milik orang daerah ” dan oleh sebab itu mereka merasa bertanggung- jawab untuk memelihara ketertiban dan menjaga kondusifitas, demi nama baik daerahnya.
Selain itu, barangkali karena tingkat pemahaman dan kesadaran berpolitik masyarakat memang sudah cukup tinggi, jadi realitas untuk memilih dan rasional dalam bertindak. Fenomena yang sangat menarik ini, sepertinya perlu untuk dikaji lebih mendalam oleh pihak yang berkompeten di bidangnya.#