December 22, 2024

DARI SURAU KE HARVARD: Perjalanan Moderasi Islam HAMKA Yang Terlupa

BUYA HAMKA

BUYA HAMKA

Ketika berbicara tentang moderisasi Islam di Indonesia, nama Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) seringkali terlupa di tengah hiruk pikuk perdebatan kontemporer. Padahal, perjalanan intelektual ulama kelahiran Maninjau ini menawarkan blueprint yang sempurna tentang bagaimana Islam moderat dapat berdialog dengan modernitas tanpa kehilangan akar tradisinya.

Bermula dari surau kecil di Minangkabau, HAMKA muda menunjukkan bahwa keterbatasan formal bukanlah penghalang untuk bermimpi besar. Autodidak yang tekun ini bahkan berhasil membuktikan bahwa khazanah Islam klasik dapat berdialog secara setara dengan pemikiran modern di level internasional. Karya monumentalnya, Tafsir Al-Azhar, yang ditulis di masa penahanan politik, justru menjadi bukti bagaimana moderasi Islam dapat lahir pergulatan prsonal yang mendalam.

Yang menarik, HAMKA CVTOGEL tidak pernah menempuh pendidikan formal di Harvard. Namun, pemikirannya tentang Islam yang moderat, inklusif, dan berkemajuan telah membawa karyanya dikaji di berbagai universitas terkemuka di dunia, termasuk Harvard. Ini membuktikan bahwa kearifan lokal yang dipadukan dengan keterbukaan pemikiran dapat menghasilkan perspektif yang universal.

Moderasi Islam ala HAMKA tidak sekedar kompromi kosong antara tradisi dan modernitas. Melalui karya-karyanya seperti “Tasawuf Modern” dan “Islam dan Modernisasi”, ia menunjukkan bahwa spritualitas Islam justru dapat menjadi pondasi kokoh untuk menghadapi tantangan zaman modern. Ia membuktikan bahwa seorang muslim bisa sekaligus menjadi ulama tradisional, sastrawan modern, dan intelektual publik tanpa harus kehilangan identitasnya.

Di era dimana ekstremisme dan liberalisme saling tarik menarik, pembelajaran dari HAMKA menjadi sangat relevan. Ia mengjarkan bahwa moderasi bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan. Moderasi adalah kemampuan untuk tetap teguh pada prinsip sambil tetap membuka diri pada pembaruan yang konstruktif.

Sayangnya, aspek moderasi dalam pemikiran HAMKA sering terlewatkan dalam diskursus Islam kontemporer. Padahal formulanya sederhana namun mendalam : teguh dalam prinsip, luwes dalam pendekatan, dan selalu mengedepankan kemaslahatan umat. Inilah moderasi Islam yang tidak terjebak pada simbolisme kosong atau atau libelarisme tanpa akar.

Perjalanan HAMKA dari surau ke pengakuan Harvard mengjarkan kita bahwa moderasi Islam bukanlah konsep impor, melainkan telah mengakar dalam tradisi keilmuan nusantara. Di tengah maraknya radikalisme dan ekstremisme, sudah saatnya kita menengok kembali warisan intelektual HAMKA sebagai peta jalan menuju Islam yang moderat, berkemajuan, namun tetap berkarakter keindonesiaan.

Moderasi Islam ala HAMKA adalah moderasi yang hidup, yang lahir dari pergulatan nyata antara teks dan konteks, antara idealisme dan realitas. Inilah warisan yang perlu kita gali dan kembangkan untuk menjawab tantangan zaman, dimana agama dituntut untuk tidak sekedar menjadi pedoman ritual, tetapi juga panduan dalam menghadapi kompleksitas kehidupan modern.

Dari surau kecil di Maninjau hingga ke ruang – ruang diskusi di Harvard, HAMKA telah menorehkan jejak moderasi Islam yang patut kita telusuri kembali. Sebab dalam jejaknya, tersimpan kunci untuk memahami bagaimana menjadi muslim modern tanpa kehilangan akar, bagaimana menjadi global tanpa kehilangan identitas lokal, dan bagaimana menjadi moderat tanpa kehilangan prinsip.

Perjalana HAMKA tidak hanya berhenti di pengakuan akademis, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk memahami moderasi sebagai jalan tengah yang harmonis. Pendidikan dan penyebaran, Ia mendorong integrasi nilai – nilai moderasi dalam pendidikan formal dan informal, menjadikan pemikiran islam yang inklusif sebagai bagian dari kurikulum.

Di tengah tantangan ekstremisme, pemikiran HAMKA perlu diangkat kembali sebagai panduan. Melalui seminar dan diskusi publik, ide-ide HAMKA dapat diperdalam dan diperluaskan, menciptakan dialog antaragama yang produktif.

Dengan menggali kembali karyanya, kita tidak hanya menghormati warisan HAMKA, tetapi juga memperkuat pondasi moderasi Islam di Indonesia untuk masa depan yang lebih damai dan toleran.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.